Beberapa hari terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) intens menyampaikan peringatan dini akan potensi cuaca ekstrem, bahkan sejak Oktober lalu BMKG meminta kewaspadaan akan terjadinya La Nina lemah (weak La Nina) pada pengujung tahun hingga April 2025.
Dalam rilisnya BMKG mengingatkan, bahwa meskipun La Nina menyandang kata ‘lemah’, namun efeknya tidak main-main.
Fenomena anomali iklim global disebabkan pendinginan suhu permukaan laut Samudra Pasifik itu akan menaikkan curah hujan di Indonesia hingga 40%. Angka itu mencemaskan sebab sejak awal tahun saja kita sudah menyaksikan berbagai bencana alam terkait dengan fenomena cuaca ekstrem, termasuk di wilayah Kabupaten Sinjai.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat ada 69 bencana alam di Kabupaten Sinjai selama 1 Januari hingga 20 Desember 2024. Itu mencakup longsor 38, banjir 9, angin kencang 16, abrasi 3 dan gelombang tinggi 3 kejadian, hingga akhir tahun ini bencana hidrometeorologi tetap menjadi ancaman petaka yang harus diwaspadai.
Karena, kejadian bencana tidak hanya bertambah dalam jumlah, tetapi skala daerah kejadian juga membesar, seperti banjir dan banjir bandang di Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros, Barru, Soppeng, Bone dengan efek serta daya rusak yang tidak sedikit.
Deraan La Nina yang disebut akan berkepanjangan hingga 2025, menjadikan kesiapsiagaan bencana sebagai hal mutlak., tampa hanya berharap pada kesadaran warga.
Menghadapi potensi ancaman petaka, menjadi saat yang tepat mengikis keakuan sektoral elemen bagi segenap lembaga kebencanaan teristimewa yang merasa memiliki sumberdaya berlebih sehingga seolah cenderung ingin bertanding darapada bersanding mengemban misi kemanusiaan.
Kini, segenap elemen harus bekerja lebih cepat memutakhirkan peta potensi bencana pada musim La Nina sekarang. Hal itu sangat penting agar dapat mengerahkan sumber daya mitigasi dan adaptasi, mulai dari penguatan infrastruktur, sosialisasi jalur rawan bencana dan jalur alternatif, sampai penyiapan peralatan evakuasi, baik untuk banjir maupun tanah longsor.
Rentetan kejadian bencana telah mengirimkan pesan kuat untuk semua pihak dan pemerintahan pada semua level dan tingkatan untuk selalu mawas diri, menguatkan kolaborasi, meningkatkan sinergitas dan memperkokoh soliditas menghadapi ancaman di depan mata.
Komitmen pelayanan dan perlindungan untuk keselamatan jiwa segenap warga, harus benar-benar menjadi landasan bersama dalam upaya penanganan bencana, segenap potensi dan sumberdaya sejatinya terintegrasi dalam gerakan bersama.
Kebiasaan melangkah dan melompat hanya untuk pamer kekuatan sendiri dengan mengatasnamakan kepeduliaan yang walupun tercium aroma tebaran harapan meraih popularitas sesaat, jika tidak dikatakan hanya sebagai aksi topeng cari muka yang terkesan hendak mempecundangi pihak lain, sudah saatnya untuk direm dan dihentikan.
No comments yet.